Apakah PEPARNAS 2024 Dapat Menghasilkan Zero Doping?

Seluruh personel doping control pada acara pertemuan terskhir di sesi penutupan PEPARNAS. Sumber: IADO.

Surakarta, 14 Oktober 2024

PEPARNAS (Pekan Paralimpiade Nasional) 2024 baru saja ditutup secara resmi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito  Ariotedjo pada tanggal 13 Oktober 2024 malam di Stadion Manahan Solo. Multi event para atlet penyandang disabilitas tersebut telah berlangsung sejak tanggal 6 Oktober 2024 dan telah diikuti oleh sekitar 3.100 atlet penyandang disabilitas dengan mempertandingkan 20 cabang olahraga. Dalam event tersebut, IADO (Indonesia Anti-Doping Organization) telah menugaskan 20 DCO (Doping Control Officer), 35 Chaperone yang (kebanyakan berasal dari Universitas Negeri Sebelas Maret, Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Slamet Riyadi Surakarta). Selain itu, IADO juga menugaskan 4 tenaga investigator lokal dan 4 PRESI (Presenter Edukasi), karena pada PEPARNAS tersebut (seperti halnya saat PON 2024 di Aceh dan Sumatera Utara), kegiatan doping control tidak hanya pengambilan sampel saja, tetapi juga kegiatan edukasi serta kegiatan intelijen dan investigasi. Khusus untuk pengambilan sampel urin, sampai dengan pertandingan terakhir pada tanggal 12 Oktober 2024 malam, telah terkumpul total sebanyak 138 sampel, yang seluruhnya akan dikirimkan ke laboratorium anti-doping di Bangkok secara bertahap, dimana tahap terakhir telah dikirimkan pada tanggal 13 Oktober 2024 sebanyak 70 sampel ke Bangkok langsung dari Bandara Adisumarmo Solo via Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Adapun dari sejumlah cabang olahraga yang atlet-atlet juaranya diambil sampelnya adalah sebagai:

  1. Angkat Berat.
  2. Akuatik.
  3. Atletik.
  4. Balap sepeda.
  5. Boccia.
  6. Bulutangkis.
  7. Judo.
  8. Menembak.
  9. Panahan.
  10. Tenis Meja.

Idealnya seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan (20 cabang olahraga) diambil sampel urinnya. Tetapi karena keterbatasan anggaran yang diterima IADO dari PB PEPARNAS, maka IADO melakukan berbagai penyesuaian dan bahkan menambahkan anggarannya melalui anggaran rutin IADO yang diterima dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, dengan tujuan agar supaya jumlah total sampel yang diambil dapat memenuhi sisi kepantasan. Sebagai perbandingan, saat PEPARNAS 2016 di Jawa Barat, telah diikuti oleh 3.500 atlet untuk 13 cabang olahraga yang dipertandingkan dan akhirnya telah diambil 130 sampel, dengan hasil 2 atlet dinyatakan positif menggunakan zat terlarang, yaitu 1 atlet tenis meja yang terindikasi menggunakan Methylprednisolone dan Glucocorticosteroid, dan 1 atlet atletik yang terindikasi menggunakan Dexamethasone dan Glucocorticosteroid. Sedangkan PEPARNAS 2021 di Papua telah diikuti 1.935 atlet untuk 12 cabang olahraga yang dipertandingkan dan akhirnya telah diambil 153 sampel, dengan hasil 1 atlet dinyatakan positif menggunakan zat terlarang, yaitu 1 atlet renang yang terindikasi menggunakan Deuretic.

Terkait dengan kegiatan edukasi, telah dilakukan Outreach (kampanye) anti-doping di sejumlah venue pertandingan, yaitu di venue Bulutangkis, Atletik, Menembak, Boccia, Angkat Berat, Renang, Taekwondo dan Tenis Meja, yang dilakukan kegiatannya sejak awal hingga akhir pertandingan pada PEPARNAS 2024. Pada kegiatan edukasi anti-doping tersebut telah melibatkan 4 tenaga PRESI yang datang dari berbagai daerah. Mereka itu bersama 8 tenaga PRESI lainnya, jadi total 12, merupakan hasil seleksi dari total 278 pelamar Calon PRESI. Kehadiran 4 tenaga PRESI plus 2 tenaga edukasi IADO sangat bermanfaat dalam mendorong peningkatan kesadaran atlet terhadap bahaya doping. Hingga akhir kegiatan, kegiatan Outreach tersebut telah menjaring sebanyak 565 peserta edukasi melalui metode interaksi di sejumlah both IADO. Mereka itu tidak hanya diberi penjelasan, tetapi juga diuji pengetahuannya dan diberi bonus souvenir atas kemampuan pengetahuannya.

Sementara itu, untuk 4 tenaga intelijen dan investigasi yang ada, bertugas secara rahasia di berbagai venue, dengan tujuan untuk memonitor, mengidentifikasi dan melaporkan seandainya ada kejadian-kejadian mencurigakan yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pelanggaran anti-doping. Hasil analisa laboratorium anti-doping di Bangkok yang dikirimkan dari PEPARNAS di Solo ini baru akan diketahui pada sekitar bulan November atau Desember 2024. Harapan IADO dan kita semua, semoga tidak ada yang terindikasi positif. Seandainya ada yang positif, akan IADO sampaikan kepada Komite RM (Result Management) IADO, yang akan memproses seperti lazimnya suatu proses peradilan, mulai dari penyampaikan pemberitahuan awal kepada atlet yang bersangkutan, pemanggilan kepada atlet untuk dengar pendapat (yang memungkinkan atlet untuk melakukan klatifikasi ataupun pembelaan diri), dan penyampaian keputusan Komite RM. Seandainya atlet tersebut tidak puas dengan keputusan Komite RM, ia berhak untuk mengajukan banding sesuai dengan batas waktu yang telah diatur dalam World Anti-Doping Code. Perkiraannya, proses Komite RM tersebut baru tuntas terselesaikan pada paling lambat sekitar bulan Maret 2025.

Surakarta, 14 Oktober 2024.

Ketua Umum IADO,
Gatot S. Dewa Broto

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top