Jakarta, 27 Desember 2022
Dalam beberapa hari lagi tahun 2022 akan segera berakhir, dan kita semua akan memasuki tahun baru 2023 dengan harapan yang jauh lebih baik. Bagi IADO tahun 2022 telah menyisakan sejumlah catatan khusus bagi IADO yang perlu disampaikan kepada seluruh pemangku kepentingan olahraga Indonesia dan masyarakat pada umumnya. Demikian pula catatan antisipasi yang perlu dilakukan untuk memasuki tahun 2023. Adapun sejumlah catatannya adalah sebagai berikut:
- IADO menandai akhir tahun 2022 dengan 2 kegiatan penting, yang dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu Seminar RM (Result Management) oleh Komite RM IADO pada tanggal 23 Desember 2022 dan Workshop dan Evaluasi terhadap Sample Collection Personnel (SCP) oleh Direktorat Testing IADO pada tanggal 21 s/d. 23 Desember 2022. Seminar RM tersebut diikuti oleh puluhan perwakilan Induk Organisasi Cabang Olahraga dan sangat penting kegiatannya, karena memungkinkan Cabor mengetahui bagaimana proses beracara hukum / persidangan terhadap seorang atlet jika dipersangkakan telah menggunakan doping berdasarkan analisa dari laboratorium yang telah diakreditasi oleh WADA. Pada umumnya, sebagian Cabor belum mengetahui, bahwa atlet berhak untuk melakukan pembelaan dan bahkan mengajukan banding terhadap sangkaan yang telah dituduhkan kepadanya. Sedangkan workshop tentang SCP yang diikuti oleh 31 orang, yang terdiri dari 27 DCO (Doping Control Officer) dan 4 BCO (Blood Control Officer) dimaksudkan untuk mengevaluasi kinerja mereka dan persiapan mereka di tahun 2023. Di sesi akhir, kepada mereka itu diminta menanda-tangani Perjanjian Kontrak yang mengatur hak, kewajiban dan larangan keras yang tidak boleh mereka lakukan, karena mereka itu adalah pintu terdepan dari jajaran IADO
- Sepanjang tahun 2022 ini IADO melalui para DCO dan BCO tersebut telah menyelesaikan sebanyak 293 sampel (urine dan atau blood) yang berhasil diambil dari atlet-atlet pada kegiatan ICT (In Competition Testing) dan selanjutnya telah dikirimkan ke laboratorium yang telah terakreditasi WADA. Selain itu juga telah menyelesaikan sebanyak 258 sampel (92%) (urine dan atau blood) dari total 276 sampel pada kegiatan OOCT (Out of Competition Testing) yang berhasil diambil dari atlet-atlet dan selanjutnya juga telah dikirim ke laboratoium yang terakreditasi WADA. Sekedar informasi, ICT adalah kegiatan pengambilan sampel pada atlet yang misalnya sedang mengikuti event kejuaraan baik nasional maupun internasional di Indonesia seperti Kejurnas dan atau Kejuaraan Internasional tertentu di Indonesia. Sedangkan OOCT adalah kegiatan pengambilan sampel pada atlet di luar event pertandingan yang diikuti misalnya sedang di Pelatnas maupun di tempat tinggal masing-masing. Mereka yang ditarget ini adalah para atlet elit yang masuk dalam RTP (Registered Testing Pool) yang dimiliki oleh IADO yang terkoneksi langsung ke WADA.
- Tahun 2022 ini memang tahun yang dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Hal tersebut, selain karena diawali dengan adanya sanksi terhadap LADI pada tanggal 7 Oktober 2021 s/d. 2 Februari 2022, juga karena adanya sejumlah permasalahan lain, seperti misalnya saat disanksi ternyata LADI belum memiliki Akte Notaris, AD, ART, izin sebagai organisasi berbadan hukum di Kemkumham, Peraturan Anti-Doping LADI / IADO, SOP (Standar Operasi Prosedur), kecukupan anggaran, beberapa rangkap jabatan antara IADO dengan pejabat Kemenpora dan lembaga olahraga, kantor yang representatif. Secara bertahap, banyak hal yang belum dipenuhi tersebut dicoba diupayakan oleh Ketua Umum IADO dr. Musthofa Fauzi beserta jajarannya. Berhubung di tanggal 13 Mei 2022 ada pergantian jabatan pada pimpinan IADO, sejumlah pekerjaan rumah yang masih banyak tersebut terus dicoba dipercepat penyelesaiannya oleh Pengurus IADO yang baru, yaitu: hampir sebagian besar peraturan anti-doping (termasuk World Anti-Doping Code dan UU No. 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, Peraturan Anti-Doping IADO, Materi Edukasi, sejumlah Standar Internasional, Peraturan Ketua IADO tentang Organisasi dan Mekanisme Kerja IADO, Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga) telah tersedia dalam dua bahasa: Inggris dan Indonesia. Yang lebih menarik lagi, mulai bulan Juli 2022 seluruh konten website IADO telah tersaji dalam dua bahasa tersebut, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dan itu memudahkan baik internal di Indonesia maupun WADA dan SEARADO (South East Asia Regional Anti-Doping Organization) untuk dapat memonitor langsung kegiatan IADO setiap saat.
- WADA dalam berbagai pertemuan global maupun regional kini memberi penekanan pada edukasi yang tidak kalah pentingnya dibanding testing. Searah dengan itu, sejak akhir Agustus hingga November 2022 IADO melakukan crash program dengan menggelar kegiatan edukasi anti-doping di 15 provinsi (sisanya akan digelar di tahun 2023) se Indonesia. Kegiatan yang bekerjasama dengan KONI tersebut telah mentargetkan sejumlah atlet elit dan junior, pelatih, tim dokter dan pengurus dari berbagai daerah. Selain itu, menyadari akan luasnya Indonesia dan makin tingginya tuntutan permintaan edukasi, IADO sedang merevisi ulang sistem dan modul edukasinya, sehingga lebih terprogram dan lebih menekankan pada ADeL (Anti-Doping Education and eLearning platform).
- IADO mengakui bahwa kinerjanya belum seberapa baik jika dibandingkan dengan NADO nya Thailand, Filipina ataupun Malaysia dan Singapura yang jauh lebih maju. Tetapi seluruh jajaran IADO telah berkomitmen untuk meningkatan kinerjanya secepat dan sebaik mungkin. Salah satu hal terkait perbaikan kinerja itu adalah melalui perbaikan komunikasi yang intensif dengan WADA, SEARADO dan NADO dari negara-negara lain. Tidak boleh ada lagi bagi IADO untuk menunda / terlambat merespon permintaan WADA dan atau SEARADO. Beberapa kali IADO sempat ditegor karena adanya pemberitaan di Indonesia yang berpotensi melanggar World Anti-Doping Code, dan IADO pun langsung sangat cepat menanggapi, minimal menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf meskipun itu belum sepenuhnya kesalahan IADO. Pada dasarnya WADA dan SEARADO sangat kooperatif dalam memberikan guidance.
- Selama kurun waktu tahun 2022, meskipun data ICT dan OOCT tersebut di atas telah berhasil dianalisa terhadap 548 sampel, namun tercatat belum pernah ada atlet yang diindikasikan telah menggunakan doping, kecuali terhadap sejumlah sampel yang saat ini masih beberapa saja (kurang dari 10 sampel) yang masih sedang dianalisa oleh laboratorium anti-doping di Bangkok berdasarkan event olahraga yang berlangsung pada pertengahan Desember 2022. Bahwasanya IADO pada bulan Oktober 2022 pernah mengumumkan adanya sanksi doping terhadap 6 atlet (5 dari atlet saat PON 2021 di Papua dan 1 dari atlet saat PEPARNAS 2022 juga di Papua), itu semua terjadi berdasarkan doping control pada akhir tahun 2021. Namun demikian, minimnya jumlah atlet di Indonesia yang terkena doping, belum merupakan jaminan bahwa kegiatan anti-doping di Indonesia sudah baik, karena indikator utama penilaian dari WADA terhadap setiap NADO lebih terletak pada Good Corporate Governance atau tata kelola organisasinya dan kepatuhannya terhadap World Anti-Doping Code.
- Salah satu kegiatan utama IADO yang belum pernah terjadi sejak LADI berdiri adalah penyelenggaraan Seminar Anti-Doping Nasional tahun 2022 pada tanggal 30 November 2022. Seminar Akbar yang dihadiri oleh hampir 300 peserta tersebut dibuka secara resmi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan dihadiri secara khusus oleh perwakilan WADA (Mr Saravana Perumal selaku Manager of Asia Oceania Office of WADA) dan Dirjen SEARADO Mr. Gobinathan Nair. Dalam seminar tersebut juga ditandai dengan penanda-tanganan MoU antara IADO dengan 2 Komite Olahraga (KONI dan NPC Indonesia) dan 6 Cabor: PSSI / sepakbola, PASI / atletik, FPTI / panjat tebing, PBWI / wushu, PERBASI / bola basket, dan PABSI / angkat besi. Sebagai informasi, pada tanggal 5 Juli 2022 telah berlangsung MoU dengan KONI (sehingga penanda-tanganan tanggal 30 November 2022 merupakan tindak lanjutnya / dalam bentuk PKS) dan pada tanggal 18 November 2022 MoU IADO dengan NOC Indonesia. Tujuan utama seminar tersebur untuk mempercepat pemahaman para pemangku kepentingan olahraga nasional Indonesia tentang esensi kerangka kerja IADO secara menyeluruh. Info tambahan tentang MoU, pada tanggal 21 Desember 2022 telah berlangsung penanda-tanganan MoU antara IADO dengan Persatuan Rugby Union Indonesia, sehingga kini sudah ada 7 Cabor yang mengikatkan diri dengan IADO plus KONI, NOC dan NPC.
- Seperti lazimnya manusia, seorang atlet juga memiliki potensi untuk menderita sakit atau suatu kondisi medis tertentu yang membutuhkan suatu penanganan medis tertentu. Seandainya pengobatannya menggunakan suatu zat atau menuntut mekanisme metode administrasi yang ada dalam Daftar Zat dan Metode Terlarang, atlet tersebut dapat mengajukan suatu TUE (Therapeutic Use Exemption) sejauh atlet tersebut memenuhi kriteria yang wajib untuk melakukan hal tersebut. Meskipun aturan TUE sudah cukup lama diberlakukan oleh WADA, namun masih cukup banyak atlet, pelatih dan bahkan tenaga medis Cabor yang belum familiar dengan pengaturan dan pengetahuan tentang TUE dan cara pengisian formulirnya. Itulah sepanjang tahun 2022 ini Komite TUE IADO sebagai komite yang mandiri (sebagaimana Komite RM) telah mengadakan 2 kali seminar yang dihadiri oleh sekitar 80 dokter di bidang keolahragaan atau yang terikat pada Cabor, untuk memperbaharui pengetahuannya tentang TUE itu sendiri dan peraturan-peraturan yang tersebut pada International Standard for TUE.
- Tahun 2022 juga menjadi tahun yang spesial selain perubahan LADI menjadi IADO, juga dibentuknya direktorat baru di IADO yang sebelumnya belum pernah ada yaitu Direktorat Intelijen dan Investigasi yang bertugas melakukan pengamatan guna mendapatkan, menilai dan memproses serta menganalisa informasi terkait anti-doping dari berbagai sumber untuk mencegah dan mendeteksi penggunaan doping pada kegiatan olahraga. Selain itu memberikan assessment terkait TDP (Test Distribution Plan) yang efektif, cerdas dan proporsional dalam merencanakan pengujian target. Selain tugas tersebut, beberapa kegiatan pendampingan dan pengamatan seperti pada agenda FIBA Asian Cup tahun 2022 di Senayan, sosialisasi pada seminar tentang peranan intelijen dan investigasi anti-doping, ikut serta dalam pengawasan saat pengambilan sample terhadap atlet yang sulit dalam menentukan Time Slot Whereabout, juga pendalaman kasus bila terjadi penolakan atlet saat pengambilan sample. Saat ini sedang proses pembuatan kanal Speak Up sebagai salah satu program andalan IADO. IADO menyadari masih banyak yang harus dikembangkan dan disempurnakan dalam divisi baru ini, untuk itu kedepan akan melakukan pembenahan dan meng-update beberapa piranti lunak serta workflow dengan mengacu pada negara-negara yang sudah mampu menerapkan peranan intelijen dan investigasi secara maksimal pada kegiatan anti-doping.
- Melalui siaran pers ini juga, IADO perlu menyampaikan penjelasan mengapa Pemerintah Indonesia dan IADO belum tergerak atau belum berencana mendirikan laboratorium anti-doping sendiri. Tentu keinginan pasti ada. Tetapi atas dasar persyaratan yang sangat ketat yang diatur dalam International Standard for Laboratories, maka rencana tersebut belum menjadi prioritas dalam waktu dekat ini. Sebagai contoh, pada Pasal 4.1.3 tentang Provision of Letter of Support di antaranya disebutkan:……Such letter(s) of support shall indicate a commitment to provide the Laboratory with a minimum of 3,000 Samples per year by the end of the second calendar year after obtaining WADA accreditation…..Sebagai perbandingan, IADO untuk tahun 2022 hanya mampu mengumpulkan sebanyak 548 sampel, ini berarti masih ada kekurangan sekitar 2.452 sampel, yang belum tentu bisa diperoleh dari negara-negara sekitar Indonesia, karena sudah ada beberapa laboratorium serupa di Bangkok, Sydney, Tokyo, Seoul dan Doha. Pengalaman sanksi dari WADA yang pernah dikenakan pada bulan Maret 2009 terhadap laboratorium di Ankara dan Penang memberi pelajaran yang sangat berharga bahwa untuk membangun laboratorium anti-doping membutuhkan kajian yang sangat komprehensif dan konsultasi kepada WADA secara intensif.
- Faktor yang sesungguhnya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan IADO di tahun 2022 adalah adanya komitmen penuh dari Menpora Zainudin Amali beserta jajarannya dalam membantu sepenuhnya kinerja IADO tanpa harus ikut campur tangan. Sebaliknya, IADO merespon dukungan Menpora dengan all out dalam bekerja, karena jika sedikit saja IADO membuat kesalahan, maka akan berdampak pada sejumlah agenda besar Menpora di tahun 2023 seperti FIFA U-20 World Cup, FIBA World Cup dan ANOC World Beach Games dan sejumlah multi event di luar negeri seperti SEA Games 2023 dan ASEAN Para Games di Kamboja serta Asian Games 2023 dan Asian Para Games 2023 di Cina maupun sejumlah single event internasional yang diselenggarakan di Indonesia.
Jakarta, 27 Desember 2022
Ketua Umum IADO
Gatot S. Dewa Broto