Apa Yang Membedakan Pengawasan Doping Pada PON 2021 di Papua dengan PON 2024 di Aceh dan Sumatera Utara?

Jakarta, 6 September 2024

Menurut rencana pada tanggal 9 September 2024 malam PON XXI Tahun 2024 akan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh (Provinsi Aceh). PON  yang untuk pertama kalinya diadakan di dua provinsi ini, Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara, akan berlangsung pada tanggal 9 s/d. 20 September 2024, dimana penutupannya akan berlangsung di Stadion Utama Deli Serdang (Provinsi Sumatera Utara) pada tanggal 20 September 2024.

Sebagai bagian dari keikut-sertaannya bagi suksesnya penyelenggaraan PON 2024, IADO sebagai NADO (National Anti-Doping Organization) di Indonesia wajib untuk membantu dari sisi pengawasan doping, sebagaimana dimandatkan oleh WADA seperti diatur dalam World Anti-Doping Code.  Beberapa hal yang perlu disampaikan adalah sebagai berikut:

  1. Pengawasan doping pada PON 2024 di Aceh dan Sumatera Utara yang dilakukan oleh IADO akan berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh LADI (Lembaga Anti-Doping Indonesia / lembaga yang kemudian pada awal Februari 2022 berubah nama menjadi IADO) pada PON dan PEPARNAS 2021 di Papua. Hal itu selain karena jika di Papua hanya semata-mata dilakukan pengambilan sampel saja, sedangkan pada PON di Aceh dan Sumatera Utara tidak hanya pengambilan sampel, tetapi juga kegiatan edukasi anti-doping dan kegiatan intelijen serta investigasi. Perubahan dan perluasan kegiatan tersebut disebabkan karena memang sesungguhnya sejak tahun 2021 pola kebijakan WADA sudah lebih mengarah pada tidak hanya kegiatan testing, tetapi juga edukasi serta intelijen dan investigasi.
  2. Pelaksanaan testing pada PON dan PEPARNAS di Papua terpaksa dilakukan di bawah supervisi JADA (Japan Anti-Doping Agency), mengingat saat itu LADI sedang disanksi oleh WADA, sehingga konsekuensinya harus memperoleh pendampingan dari NADO lain, dan kebetulan yang ditunjuk WADA adalah JADA. Namun demikian, ada sisi positifnya saat itu, sehingga LADI dapat banyak belajar dari JADA tentang bagaimana tata kelola yang seharusnya dilakukan oleh NADO Indonesia dalam pengawasan doping. Hubungan tersebut berdampak positif bagi IADO, karena saat IADO menjelang harus diaudit oleh Tim Audit WADA pada bulan April 2023, maka beberapa bulan sebelumnya, atau tetapnya pada bulan November 2022 didatangi oleh Tim Khusus dari JADA, yang secara sukarela memberikan banyak saran yang sangat penting bagi IADO menghadapi audit WADA pada bulan April 2023, dan ternyata sejumlah strategi yang disampaikan JADA tersebut cukup efektif untuk menghadapi Tim Audit WADA.
  3. Untuk tujuan agar pengawasan doping pada PON 2024 dapat dilakukan sebaik mungkin, maka pada tanggal 12 s/d. 15 Agustus 2024 IADO telah mengadakan pelatihan untuk persiapan pengawasan doping di Medan, baik untuk persiapan petugas yang menangani pengambilan sampel (DCO dan dibantu Chaperone), edukator dan investigator. Kegiatan serupa juga telah berlangsung di Banda Aceh pada tanggal 19 s/d. 22 Agustus 2024. Para DCO dan Chaperone lokal tersebut  (baik yang di Aceh maupun di Sumatera) akan membantu sebanyak 4 Pengawas,  7 DCM (Doping Control Manager ) dan 25 Lead DCO (Doping Control Officer) pusat, yang telah berlisensi.
  4. Selain itu, pada tanggal 1 Agustus 2024, Komite TUE (Therapeutic Use Exemption) telah mengadakan sosialisasi  secara virtual tentang TUE pada seluruh dokter dan tim pendukung medis tiap kontingen. Adapun tujuannya agar pemahaman tentang TUE menjadi komprehensif. Sedangkan untuk memperkecil kemungkinan atlet binaraga terkena doping seperti pada beberapa PON sebelumnya, mereka ini menjadi satu-satunya cabang olahraga yang atletnya harus sudah memegang ADEL atau aplikasi seluler Badan Anti-Doping Dunia untuk Pendidikan dan Pembelajaran Anti-Doping. Tanpa sertifikat digital ADEL, atlet binaraga tidak akan diizinkan bertanding.
  5. Pada PON di Papua lalu telah diambil sampel urin atas  718 atlet dari total 7.038 atlet yang turut bertanding dalam multi event tersebut, yang kesemua sampelnya dikirimkan ke Laboratorium Anti-Doping di Qatar. Sedangkan untuk PON di Aceh dan Sumatera Utara ini, IADO akan mengambil 800 sampel urin atlet, yang kurang lebih terbagi dari 400 sampel di Aceh dan 400 sampel di Sumatera Utara dari total sebanyak  sekitar 13.037 atlet yang bertanding (dengan perincian: 6.359 atlet bertanding di Aceh dan 6.678 atlet bertanding di Sumatera Utara). Kesemua sampel itu akan dikirim ke Laboratorium Anti-Doping di Bangkok.  Sampai dengan tanggal 5 September 2024 malam, IADO telah mengirimkan sebanyak 34 sampel langsung dari Medan menuju Bangkok, dengan tujuan untuk segera dapat dianalisa dan untuk itu dibutuhkan minimal sekitar 21 hari sampai dengan diketahui hasilnya. Sebagaimana diketahui, meskipun pembukaan baru akan berlangsung pada tanggal 9 September 2024, namun demikian sejak tanggal 28 Agustus 2024 ada sejumlah cabang olahraga yang telah dipertandingkan (yaitu Polo Air, Senam, Dayung dan Angkat Besi) dan dilakukan pengambilan sampel terhadap mereka yang dinyatakan juara, untuk selanjutnya para juara tersebut telah langsung diambil sampel urinnya.
  6. IADO mengakui, bahwasanya butuh upaya dan kerja keras untuk persiapan pengawasan doping pada PON 2024. IADO dengan difasilitasi Pengurus KONI Pusat telah mengadakan pertemun untuk pengawasan doping ini sejak hampir setahun lalu yang beberapa kali di antaranya dihadiri oleh perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh maupun Dinas Provinsi Sumatera Utara. Awal mulanya persoalan utama adalah keterbatasan anggaran, namun di sisi lain IADO tetap berkomitmen untuk membantu suksesnya pengawasan dopingnya. Persoalan berikutnya adalah terbatasnya jumlah DCO berlisensi  yang dapat ditugaskan atas dasar tidak terpenuhinya reward yang minimal diperoleh mengingat mereka sehari-hariannya juga berprofesi di kantor masing-masing. Dan persoalan berikutnya adalah keharusan agar setiap DCS (Doping Control Station) atau bilik tempat pengambilan sampel harus minimal sesuai dengan standar international yang ditetapkan WADA.
  7. Semula IADO akan menerjunkan mereka yang baru saja terpilih sebagai PRESI (Presenter Edukasi). Namun karena sempitnya waktu mengingat PRESI baru diumumkan pada tanggal 30 Agustus 2024, maka mereka inu belum dapat ditugaskan untuk membantu kegiatan edukasi saat PON 2024, kecuali memanfaatkan pegawai-pegawai  Direktorat Edukasi IADO yang ada.
  8. Beruntung bahwasanya baik Dinas Kesehatan Aceh maupun Dinas Kesehatan Sumatera Utara cukup kooperatif dalam memfasilitasi keperluan IADO, dan sebaliknya IADO juga mengurangi jumlah kegiatan yang berdampak pada anggaran seperti misalnya kegiatan edukasi tidak dilakukan di setiap kota yang ada venue pertandingannya, tetapi cukup di Banda Aceh, Medan dan Deli Serdang. Untuk di Banda Aceh kegiatan edukasi yang mana pada hal ini berupa kampanye anti-doping (outreach) di venue pertandingan seperti pada cabang olahraga Angkat Besi, Basket 5×5, Tenis lapangan, Panjat Tebing, dan Dayung. Kemudian untuk pelaksanaan kegiatan serupa di kota Medan dan Deli Serdang yaitu pada cabang olahraga Atletik, Taekwondo, Bulutangkis, Karate, dan Jujitsu. Selain itu jumlah sampel yang diambil terpaksa dikurangi, namun yang penting tidak berdampak pada minimal seluruh cabang olahraga Olimpiade. Intinya, IADO sepenuhnya mendukung suksesnya penyelenggaraan PON 2024. IADO berharap pelaksanaan pengawasan doping di PON tersebut akan meningkatkan kesadaran para atlet tentang masalah doping, karena kini contohnya mengelak dari pengambilan sampel saja sudah bisa dianggap doping meski belum terbukti mengkonsumsi zat terlarang.

Jakarta, 6 September 2024.

Ketua Umum IADO,
Gatot S. Dewa Broto

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2219 2250 2248 2246 2243 2241 2239 2236 2234 2232 2227 2149 2147 2143 2145 2141 2132 2129 2126 2123 1952 1947
Scroll to Top