Jakarta, 23 September 2024
Pada tanggal 20 September 2024, PON (Pekan Olahraga Nasional) XXI Tahun 2024 yang telah diselenggarakan di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara telah selesai. PON tersebut telah dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 9 September 2024 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh (Aceh), dan kemudian telah ditutup secara resmi oleh Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebnudayaan) Muhadjir Effendy pada tanggal 20 September 2024 di Stadion Utama, Deli Serdang (Sumatera Utara). Seluruh rangkaian pertandingan telah selesai dilaksanakan dan sebagian besar atlet beserta officialnya telah kembali ke daerah masing-masing di seluruh Inonesia.
IADO sebagai salah satu unsur pendukung bagi sukses dan lancarnya penyelenggaraan PON 2024 dalam bidang pengawasan doping, tentu saja telah sepenuhnya menunjukkan komitmennya bagi pengawasan doping, dengan tujuan untuk memastikan agar proses pengawasan doping saat event tersebut tetap sesuai dengan koridor aturan yang telah ditetapkan dalam World Anti-Doping Code serta International Standard for Testing and Investigation dan juga International Standard for Education. Sehingga, seusai berakhirnya PON tersebut, IADO berkewajiban untuk menyampaikan laporan kegiatan pengawasan doping selama berlangsungnya event tersebut kepada WADA, Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI dan Pemda Aceh serta Pemda Sumatera Utara.
Meskipun pembukaan PON dilakukan pada tanggal 9 September 2024, namun demikian tugas kewajiban IADO melalui para DCO (Doping Control Officer) dan Chaperone-nya telah mulai dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2024 mengingat pada tanggal tersebut telah berlangsung pertandingan senam artistic di Gedung Serbaguna Disporasu, Deli Serdang (Sumatera Utara) dimana DCO IADO telah mengambil sampel urin dari beberapa atlet tertentu yang telah dinyatakan sebagai juara. Tanpa harus menunggu berlangsungnya pertandingan-pertandingan berikutnya pada cabang-cabang olahraga yang lain, sampel tersebut langsung dikirimkan ke laboratorium anti-doping di Bangkok pada tanggal 2 September 2024. Pengambilan sampel-sampel urin dari atlet-atlet tertentu itu terus dilakukan hingga tanggal 19 September 2024 (untuk di Sumatera Utara dimana yang terakhir adalah dari pertandingan Bola Volley di venue GOR Bola Volley Indoor Sport Center, Deli Serdang). Sedangkan pengambilan sampel urin yang terakhir di Aceh adalah pada tanggal 20 September 2024 dari pertandingan Angkat Berat dan Kempo di Banda Aceh.
Secara keseluruhan, IADO telah mengerahkan sebagian besar Pengurus IADO dan 31 DCO. Mereka itu dengan perincian: sebagian Pengurus IADO bertugas di Aceh dan sebagian yang lain berada di Sumatera Utara. Selain itu, ada 15 DCO yang bertugas di Aceh dan 16 DCO yang bertugas di Sumatera Utara. Keberadaan IADO dan para DCO tersebut didukung oleh 39 DCO lokal dan 62 Chaperone yang bertugas di Aceh. Sedangkan yang bertugas di Sumatera Utara melibatkan 38 DCO lokal dan 92 Chaperone. Para DCO lokal dan Chaperone tersebut telah dididik oleh IADO pada tanggal 11 sd 15 Agustus 2024 di Medan, dan tanggal 18 sd 22 Agustus 2024 untuk yang di Banda Aceh. Pada saat masa orientasi dan edukasi untuk para DCO lokal dan Chaperone tersebut juga secara paralel yang bersamaan waktunya dilakukan edukasi untuk tenaga edukasi dan tenaga investigasi di dua kota itu juga, dimana untuk edukasi dalam pelaksanaan kampanye anti-doping (outreach) di Aceh diikuti oleh 3 personil dari IADO dan dibantu 5 personil dari Aceh. Sedangkan untuk di Sumatera Utara dilakukan oleh 1 personil IADO dan 4 personil dari Sumatera Utara. Kemudian untuk investigasi diikuti 1 orang personil IADO dan 4 personil dari Aceh, sementara 4 personil untuk di Sumatera Utara. Sesuai dengan target yang telah direncanakan, pada akhirnya IADO telah mengirimkan 784 sampel urin yang terdiri dari 377 sampel urin dari Aceh dan 407 sampel urin dari Sumatera Utara per tanggal 20 September 2024. Kesemuanya itu dikirim secara bertahap / per paket / kloter dimana dalam satu kloter pengiriman meliputi rata-rata 80 sampel, yang langsung dikirimkan ke laboratorium anti-doping di Bangkok via Bandara Soekarno Hatta. Seluruh sampel tersebut diambil dari sejumlah atlet yang juara, pemecah rekor dan atau yang ditarget dari 21 cabang olahraga di Aceh dan dari 25 cabang olahraga di Sumatera Utara, dengan princian sebagai berikut:
Untuk Aceh:
- Aerosport – Terjun Payung;
- Anggar;
- Angkat Besi;
- Angkat Berat;
- Archery;
- Baseball
- Basketball 5×5
- Canoe;
- Dragon Boat;
- Judo;
- Muaythai;
- Menembak;
- Rowing;
- Rugby;
- Sepakbola Putra;
- Sepatu Roda;
- Shorinji Kempo;
- Soft Tenis;
- SportClimbing;
- Tarung Drajat;
- Tenis.
Untuk Sumatera Utara:
- Akuatik;
- Atletik;
- Balap Sepeda;
- Binaraga;
- Bola Volley;
- Bowling;
- Bulutangkis;
- Catur;
- E-Sport;
- Futsal;
- Golf;
- Gulat;
- Hockey Indoor;
- Jujitsu;
- Karate;
- Kick Boxing;
- Pencak Silat;
- Sambo;
- Senam;
- Sepakbola Putri;
- Taekwondo;
- Tenis Meja;
- Tinju;
- Volley Pantai;
- Wushu.
Idealnya memang seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan saat PON berlangsung dilakukan pengambilan sampel. Namun karena keterbatasan dana untuk pengawasan doping dari PB PON Aceh – Sumatera Utara ini, maka pemeriksaan doping di PON tersebut tidak mencapai 10% dari total keseluruhan atlet atau tidak mencapai minimal sample seperti yang diatur dalam Pasal 49 Ayat 3 Surat Keputusan Ketua Umum KONI Pusat No. 74 Tahun 2022 tentang Penyempurnaan ke – Tiga Surat Keputusan Ketua Umum KONI Pusat Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Peraturan Pekan Olahraga Nasional. IADO kemudian melakukan sejumlah exercise dengan tujuan untuk melakukan mapping dan identifikasi terhadap sejumlah cabang olahraga yang dilakukan pengambilan sampelnya, yaitu paling tidak berbasis olimpiade, DBON (Desain Besar Olahraga Nasional) dan juga yang beresiko kemungkinan penggunaan zat terlarangnya meskipun bukan cabang olahraga berbasis olimpiade. Pada akhirnya, IADO melakukan skala prioritas dengan tetap tidak mengurangi kualitas dan standar pengawasan doping. Oleh karenanya, IADO mengucapkan terima-kasih kepada Dinas Kesehatan Aceh dan juga Dinas Kesehatan Sumatera Utara yang telah all out memfasilitasi seluruh keperluan IADO dalam pengawasan doping tersebut. Sinergitas yang bagus tersebut memungkinkan IADO dapat melakukan kinerjanya dengan maksimal meskipun pada awalnya memang membutuhkan upaya extra untuk meyakinkan keterbatasan masing-masing.
Berbeda dengan pada penyelenggaraan PON sebelumnya, pada PON di Aceh dan Sumut tersebut, juga melihatkan Direktorat Edukasi dan Direktorat Intelijen dan Investigasi IADO sesuai standar WADA. Oleh karenanya, saat PON tersebut personil dari Direktorat Edukasi telah melakukan outreach di beberapa venue pertandingan baik di Aceh maupun di Sumatera Utara. Sedangkan untuk Direktorat Intelijen dan Investigasi dengan dibantu tenaga-tenaga lokal yang telah dididik juga bertugas secara rahasia di sejumlah venue pertandingan.
Mengingat WADA juga memberi kesempatan bagi para atlet untuk menggunakan haknya melalui aplikasi TUE (Therapeutic Use Exemptions), maka dengan tujuan agar aplikasi TUE bisa lebih dipahami oleh para tim medis dan official setiap kontingen, maka IADO melalui Komite TUE telah mengadakan sosialisasi TUE pada tanggal 1 Agustus 2024, sebagai kelanjutan sosialisasi TUE pada bulan November 2023. Khusus untuk event PON 2024 tersebut, jumlah aplikasi permohonan yang masuk adalah 40 aplikasi, dengan perincian: 1 dari KONI Aceh, 1 dari KONI Jawa Tengah, 4 dari KONI Jawa Barat, 5 dari KONI DIY, dan 29 dari KONI Jawa Timur. Setelah dipelajari oleh Komite TUE (yang beranggotakan dokter-dokter spesialis kedokteran olahraga, spesialis penyakit dalam, spesialis paru dan spesialis jantung), maka 2 permohonan TUE yang disetujui, 5 permohonan TUE tidak memerlukan TUE, dan 1 belum ada keputusan TUE (TUE retroaktif). Adapun aplikasi TUE yang tidak lengkap dan tidak mengajukan ulang setelah diberikan surat balasan status aplikasi TUE sejumlah 32 yaitu: 1 (Satu) dari KONI Jawa Tengah, 1 dari KONI DIY, 1 dari KONI Jawa Barat dan 29 dari KONI Jawa Timur. Selain itu, TUE yang retroaktif ada 2 aplikasi dengan perincian 1 lengkap dan 1 lainnya tidak lengkap.
Dalam siaran pers ini IADO juga bermaksud meluruskan sejumlah pemberitaan, karena ada berita yang menyebutkan bahwa seluruh sampel urin telah dinyatakan negatif semua. Yang pernah dinyatakan oleh IADO adalah, bahwasanya untuk kloter pengiriman sampel yang pertama ke Bangkok pada akhir bulan Agustus 2024, dan hasilnya sudah diketahui dua minggu berikutnya dimana hasil kolter pertama adalah negatif. Sedangkan untuk seluruh paket / kloter berikutnya (sebagian besar) tidak akan diumumkan oleh IADO sampai dengan usainya proses persidangan yang dilakukan oleh Komite RM (Result Management) IADO setelah atlet yang bersangkutan dan IADO telah memperoleh hasil yang positif dari Bangkok. Sedangkan yang sampel-sampel atlet yang negatif tidak akan pernah diproses lebih lanjut.
Juga yang tidak kalah pentingnya disampaikan dalam siaran pers ini adalah masalah proporsional keseimbangan kinerja antara tugas IADO dengan seluruh perangkat DCO dan Chaperone –nya dibandingkan dengan reward yang diperoleh. Setiap hari pekerjaan kadang bisa dimulai dari harus mulai pagi sebelum Subuh untuk menuju lokasi venue yang jauh berada di luar kota Medan ataupun Banda Aceh dengan membawa sejumlah peralatan dan dokumen lengkap, dan pulangnya rata-rata sekitar dini hari berikutnya, dimana besok hari berikutnya harus berangkat lagi di pagi hari dan seterusnya untuk venue yang sama dana tau mungkin venue yang berbeda. Sebagai informasi, para DCO dari pusat tersebut pada umumnya memiliki pekerjaan tetap di berbagai instansi dan harus meninggalkan kantor untuk rentang waktu lebih dari 2 minggu, sehingga tidak semua DCO bersedia ditugaskan untuk PON ini (alasannya dapat dipahami IADO) dan akhirnya hanya 31 DCO yang bersedia diberangkatkan. Point utamanya adalah agar untuk PON berikutnya sudah harus ada koordinasi antara Sub Bidang Doping di Dinas Kesehatan NTB dan juga Dinas Kesehatan NTT, dengan tujuan reward IADO beserta DCO nya berdasarkan SBML (Standar Biaya Masukan Lainnya). Bahkan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh sempat menyampaikan saran langsung kepada IADO saat audiensi di tengah-tengah kesibukan PON, agar untuk berikutnya jauh-jauh hari pihak Pemda sudah dihubungi tentang adanya pengawasan doping. IADO menghargai usulan dari Aceh tersebut, meskipun IADO juga menjelaskan bahwa kegiatan pengawasan doping IADO sudah disampaikan lewat KONI Pusat saat penanda-tanganan MoU pada tanggal 5 Juli 2022 dan di PON Papua pun sudah disampaikan informasinya dua tahun sebelumnya, sehingga reward untuk DCO sangat proporsional.
Selain itu, untuk PON berikutnya agar IADO dilibatkan pada bidang keabsahan atlet yang akan berlaga pada PON berikutnya. Belajar dari kasus lolosnya seorang atlet binaraga, yang sesungguhnya harus sedang menjalani masa sanksi akibat doping, ternyata masih bisa berlaga dan bahkan sampai memperoleh medali emas. Seandainya persyaratan bebas doping itu sudah ditetapkan saat bidang keabsahan bersidang dengan melibatkan IADO, maka kejadian seperti pada cabang olahraga binaraga tidak akan terulang kembali. Berdasarkan pengalaman pada PON sebelumnya di Jawa Barat (2016) dan juga di Papua (2021), rangkaian prosesnya adalah saat itu sebagai berikut. Pada bulan Desember 2016 dan juga Desember 2021, hasil keseluruhan yang terindikasi positif diperoleh dari laboratorium di Qatar (untuk PON Jabar) dan juga di Qatar (untuk PON Papua). Setelah proses hearing dan ada yang banding saat itu dalam persidangannya, akhirnya diketahui hasilnya enam bulan berikutnya, terkecuali satu kasus dari atlet binaraga yang selalu tidak menggunakan haknya untuk hearing, sehingga baru diputuskan statusnya pada bulan Januari 2024. Oleh karenanya, penyelesaian tuntas (jika ada yang positif), diperkirakan baru akan diketahui pada bulan Maret atau April 2025.
Jakarta, 23 September 2024.
Ketua Umum IADO,
Gatot S. Dewa Broto.