
Bangkok, 25 April 2025
Untuk pertama kali dalam sejarah sejak didirikan pada tahun 2006 di Doha – Qatar, SEARADO (South East Asia Regional Anti-Doping Organization) telah memiliki Ketua SEARADO yang baru dari Indonesia. Kepercayaan kepada Indonesia itu terjadi ketika pada kegiatan SEARADO Board Meeting yang berlangsung pada tanggal 25 April 2025 di Bangkok, seluruh peserta pertemuan yang pada umumnya adalah para pimpinan NADO (National Anti-Doping Organization) dari seluruh negara di kawasan Asia Tenggara telah secara aklamasi memilih Gatot S. Dewa Broto, yang sehari-hati menjabat Ketua Umum IADO untuk menjabat Ketua SEARADO yang baru, yang menggantikan dr Patrick Goh dari Singapore. Bagi Indonesia, ini merupakan kesempatan yang pertama kali diperoleh sejak LADI (Lembaga Anti-Doping Indonesia / pendahulunya IADO) didirikan pada tahun 2006. Yang lebih menarik lagi adalah karena secara berturut-turut Indonesia telah dua kali disanksi oleh WADA, yaitu pada akhir tahun 2016 ketika sedang sibuk-sibuknya menjelang Asian Games 2018 dan pada akhir tahun 2021 ketika publik dikejutkan dengan insiden gagalnya pengibaran bendera Merah Putih saat Tim Bulutangkis Indonesia berhasil merebut kembali Piala Thomas di Denmark. Sejak saat itu Indonesia disibukkan dengan reformasi total mengenai tata kelola penyelenggaraan organisasi anti-doping dan citranya secara bertahap mulai membaik di mata SEARADO maupun WADA.
Indonesia sangat berharap agar di bawah kepemimpinan Gatot S. Dewa Broto, SEARADO yang berkantor di Singapore akan berkembang lebih baik sesuai dengan tujuan didirikannya, yaitu antara lain untuk memfasilitasi koordinasi antar negara-negara anggotanya seandainya mengalami kendala, khususnya dalam berinteraksi dengan WADA. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa pada umumnya sejumlah persoalan umum di lingkungan SEARADO dan itu juga terjadi di berbagai kawasan lainnya (kecuali kawasan Eropa dan Amerika Utara), yaitu keterbatasan anggaran, keterbatasan tenaga pengambil sampel, keterlambatan pengiriman, keterbatasan jumlah sampel yang diambil dan juga adanya sejumlah regulasi domestik yang dianggap bertentangan dengan World Anti-Doping Code. Di era baru ini, setiap NADO diminta untuk tidak merasa kesendirian jika sedang ditegor dan atau diaudit oleh WADA. Itulah sebabnya saat SEARADO Board Meeting hadir pula Direktur WADA Kawasan Asia Oceania, yang diharapkan dapat saling berinteraksi. Mereka ini harus saling membantu. Selain itu, SEARADO juga diminta untuk menjembatani hubungan antara NADO dengan masing-masing pemerintahnya, karena tidak dipungkiri sering adanya pemahaman yang kurang wutuh tentang esensi doping control di era saat ini.